Minggu, 28 Juli 2013
Letak Terompet Malaikat Israfil Berhasil Ditemukan Oleh Ilmuwan
“Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat Israfil?” Mungkin yang ada di benak kita malaikat Israfil itu seperti sesosok seniman yang asyik mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung.
Sebenarnya seperti apa sih terompetnya atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala malaikat Israfil itu ?
Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.
Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave AnisotropyProb” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpula nyang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet.Di mana pada bagian ujung belakang terompet (alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable)
Bentuk Alam Semesta
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.
Abu Hurairah ra berkata :
Rasulullah saw bersabda :
“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah".
Saya bertanya :
“Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”
Jawab Rasulullah :
“Bagaikan tanduk dari cahaya”.
Saya tanya :
“Bagaimana besarnya?”
Jawab Rasulullah :
“Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.
Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan).
Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan).
Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.
Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/ mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/ syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Fakta Unik Tentang Android
1. Android OS no.1 di dunia
Tentu saja karena ketenarannya di jagad raya sehingga semua orang menyukainya, ini membuat si robot hijau ini menjadi OS (Operating System no.1 di dunia setelah mengalahkan tetangganya yaitu symbian dan apple.
2 Android Berdiri sendiri
Pada awalnya sebelum di beli oleh google android mempunyai perusahaan sendiri yaitu ANDROI.INC dan setelah itu barulah di beli oleh google, dan kemudian untuk mengembangkan di bentuklah open headset aliance yang terdiri dari beberapa perusahaan.
3.Android OpenSource (free)
OS (Operating System) Android adalah sistem operasi yang free alias opensource so siapa saja di perbolehkan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang tertanam di android itu sendiri kita bisa bebas berexperiment dengan android tanpa ada batasan-batasanya itu lah salah satu sebab android sangat pesat perkembanganya
4. Android selalu menggunakan nama-nama makanan penutup di setiap versinya
Android itu sistem operasi yang unik yaitu dengan menggunakan nama-nama makanan penutup di setiap versinya sperti Cupcake (Android 1.5), Donut (Android 1.6), Éclair (Android 2.1), Froyo (Android 2.2), Gingerbread (Android 2.3), Honeycomb (Android 3.0), Ice Cream (Android 4.0) Jely beans (Android 4.1).
5.Android mempunyai pasar sendiri
Pasar yang di maksud disini bukan pasar yang sering di kunjungi ibu-ibu lho ... hehe, pasar di sini yaitu pasar untuk kebutuhan si robot hijau ini biasa di bilang market untuk android froyo dan kebawahnya tapi untuk froyo ke atas sudah memakai google play , ribuan aplikasi tersedia di sana dari mulai game, fotograph, sosial, tool dan pokoknya masih banyak lagi.
6. Android mengurutkan nama-nama versinya sesuai dengan urutan alphabet
Uniknya lagi ternyata nama-nama versi android di susun berdasarkan urutan alphabet dari mulai Cupcake, Donut, Éclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb, dan Ice Cream Sanwich, Jely beans.
Dan mungkin masih ada update terbaru si Robot hijau ini nantinya, kita tunggu saja ya...
Tentu saja karena ketenarannya di jagad raya sehingga semua orang menyukainya, ini membuat si robot hijau ini menjadi OS (Operating System no.1 di dunia setelah mengalahkan tetangganya yaitu symbian dan apple.
2 Android Berdiri sendiri
Pada awalnya sebelum di beli oleh google android mempunyai perusahaan sendiri yaitu ANDROI.INC dan setelah itu barulah di beli oleh google, dan kemudian untuk mengembangkan di bentuklah open headset aliance yang terdiri dari beberapa perusahaan.
3.Android OpenSource (free)
OS (Operating System) Android adalah sistem operasi yang free alias opensource so siapa saja di perbolehkan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang tertanam di android itu sendiri kita bisa bebas berexperiment dengan android tanpa ada batasan-batasanya itu lah salah satu sebab android sangat pesat perkembanganya
4. Android selalu menggunakan nama-nama makanan penutup di setiap versinya
Android itu sistem operasi yang unik yaitu dengan menggunakan nama-nama makanan penutup di setiap versinya sperti Cupcake (Android 1.5), Donut (Android 1.6), Éclair (Android 2.1), Froyo (Android 2.2), Gingerbread (Android 2.3), Honeycomb (Android 3.0), Ice Cream (Android 4.0) Jely beans (Android 4.1).
5.Android mempunyai pasar sendiri
Pasar yang di maksud disini bukan pasar yang sering di kunjungi ibu-ibu lho ... hehe, pasar di sini yaitu pasar untuk kebutuhan si robot hijau ini biasa di bilang market untuk android froyo dan kebawahnya tapi untuk froyo ke atas sudah memakai google play , ribuan aplikasi tersedia di sana dari mulai game, fotograph, sosial, tool dan pokoknya masih banyak lagi.
6. Android mengurutkan nama-nama versinya sesuai dengan urutan alphabet
Uniknya lagi ternyata nama-nama versi android di susun berdasarkan urutan alphabet dari mulai Cupcake, Donut, Éclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb, dan Ice Cream Sanwich, Jely beans.
Dan mungkin masih ada update terbaru si Robot hijau ini nantinya, kita tunggu saja ya...
Kamis, 18 Juli 2013
CIRI-CIRI SEORANG REVOLUSIONER
PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER
1. Mengapa kita
perlu merubah diri kita menjadi seorang revolusioner ?
Sebagai seorang revolusioner, kita perlu mengabdikan
pikiran-pikiran, emosi dan
perbuatan-perbuatan kita kepada kepentingan perjuangan demokrasi sejati di Indonesia. Tapi masing-masing kita dan
setiap orang diantara kita masih
pikiran-pikiran, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan lama dari masyarakat
bobrok yang ada sekarang ini. Kita
tumbuh dalam masyarakat yang tindas dan
dihisap oleh kapitalisme. Sampai hari ini, kita masih dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan bobrok atau parsangka- parangka borjuasi dari masyarakat kini.
Karena itulah, mengapa perlu bagi setiap mereka
yang revolusioner merubah dirinya sendiri.
Kita harus mengubah diri kita sendiri melalui
perjuangan revoluioner secara aktif, dan
dengan kesadaran didalam perjuangan, kita melawan ide-ide, sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan keliru. Apabila kita terus melaksanakan tugas-tugas kita,
maka sesungguhnya kita sedang membentuk watak kita sendiri di tengah-tengah
badai perjuang kita melawan musuh-musuh rakyat. Semakin dalam dan jauh, maka
kita akan menjadi teguh dan cakap dalam perjuangan. Mengubah diri sendiri
tidaklah hanya berhenti hanya dalam beberapa jam atau hari saja. Ia adalah
perjuangan yang lama dan sulit. Karena
itulah mengapa kita perlu terus-menerus
berusaha keras menghilangkan pengaruh masyarakat bobrok yang masih melekat. Hanya dengan cara demikianlah kita
dapat melaksanakan tugas-tugas revolusioner kita lebih baik, dan ketetapan hati kita makin
teguh dalam menggelorakan perjuangan
demokrasi sejati sampai
kemenangan sosialisme. Kita mengubah diri kita untuk memperkuat
watak-watak dasar seorang revolusioner,
yakni:
Bersungguh-sungguh, hati-hati dan bergairah dalam
perjuangan.
Siap dan tanpa rasa takut menghadapi pengorbanan dan
kematian
Bersatu dan hangat bersahabat dengan kawan-kawan
revolusioner lain.
Berani menerima kritik dan bersedia memperbaiki
kesalahan dan kelemahan.
2. Bagaimana
seorang revolusioner memandang tugas dan tanggung-jawabnya dalam revolusi?
Seorang revolusioner memandang dan menghargai
tugas-tugas dan tanggung jawabnya secara
penuh dalam perjuangan. Ia tahu bahwa tugas-tugas dan tanggung
jawab-tanggung jawab revolusionernya
merupakan bagian dari tugas besar membebaskan rakyat dari belenggu pengisapan dan penindasan. Melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan dan tanggung jawab-tanggung jawab dengan penuh menyadari
betapa pentingnya, berarti menjunjung kepentingan rakyat Indonesia.
Apa tanda-tanda bahwa seorang revolusioner
melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh tahu arti
pentingnya? Ia bersungguh-sungguh dan bersemangat ketika sedang melaksanakan
tugasnya. Ia merasa gembira, antusias dan bergairah dalam perjuangan. Ia selalu
siap dan bersedia menjalankan tugas yang perlu untuk memajukan perjuangan
revolusi demokratik.
Seorang revolusioner selalu bersungguh-sungguh dalam
pekerjaannya. Baginya, prioritas pertama adalah menuntaskan pekerjaan dan
tanggung jawabnya. Ia menawarkan cara
kerja yang bergairah dan teratur, tidak ceroboh, dan tergesa-gesa, asal-asalan
dalam berjuang. Ia selalu belajar, menemukan cara mengatasi masalah, dan
mengerjakan tugas-tugasnya sebaik yang
bisa dilakukan.
Seorang revolusioner adalah pelopor yang dalam
semangatnya dan hasrat yang meluap dalam perjuangan. Pikiran-pikiran dan
tindakan-tindakan seorang revolusioner maju kedepan, karena setiap tindakan dan
langkah merupakan sumbangan bagi masa depan yang lebih cerah. Ia tidak merasa lemah
dan gampang meyerah pada saat menghadapi masalah dan penderitaan dalam
perjuangan. Semangat militannya selalu tinggi dan ia selalu siap untuk melawan.
Ia selalu merebut dan menguasai kondisi-kondisi dan kesempatan-kesempatan dalam perjuangan revolusioner. Itulah
sebabnya, mempunyai inisiatif merupakan tanda seorang yang revolusioner. Ia
memiliki insiatif tidak saja dalam menuntaskan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya, tetapi bahkan di dalam tugas-tugas yang lain ia berpikir perlunya
perhatian segera.
Seorang revolusioner senantiasa siap memenuhi
tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab. Ia menerima setiap tugas yang
diberikan padanya, dan tidak menghitung ongkos dan
beban, atau kesulitan-kesulitan dan
pengorbanan-pengorbanan yang harus dia lalui dalam mengerjakan tugas. Ia tidak
memilih pekerjaanya karena pamrih kesenangan dan pujian bagi dirinya
3. Apakah sikap
yang tepat terhadap penderitaan, pengorbanan dan kematian?
Seorang revolusioner mengakui fakta bahwa penderitaan,
pengorbanan, dan kematian tidak dapat dicegah dalam membebaskan rakyat. Hal ini
adalah alamiah dalam pertarungan keras antara rakyat dan kelas penguasa. Hal
ini adalah alamiah dalam suatu revolusi menggulingkan imperialisme Amerika,
sisa-sisa feodalisme dan kapitalis birokrat.
Dan tidak saja alamiah, sebab hal-hal seperti ini
diperlukan untuk merebut dan melindungi kepentingan rakyat dan revolusi. Ia
adalah tabungan yang perlu untuk menghapuskan penindasan dan penghisapan, dan
mendirikan sebuah masyarakat yang berlandaskan demokrasi yang sejati.
Seorang
revolusioner siap menderita dan berkorban, dan bahkan mati demi perjuangan.
Penderitaan seorang revolusioner adalah pantas karena ini demi kemenangan
revolusi. Ia mengetahui bahwa segera kita menyaksikan fajar kemenangan yang
telah lama kita tunggu. Ditengah tengah
bahaya dan penindasan, kesiapan untuk berkorban dan mati akan memberikan keteguhan
dan keberanian kepada seorang revolusioner untuk memelihara dan berjuang untuk
kepentingan rakyat dan revolusi.
Keberanian seorang revolusioner adalah sadar. Ia
mencegah pengorbanan dan kematian yang tidak perlu. Ia tidak membahayakan
dirinya sendiri hanya karena ia siap untuk mati.
Ia melindungi hidupnya dan menjaga massa, kawan-kawan
revolusionernya dan organisasi.
GEBYAR RAMADHAN Dengan tema "Menyemarakkan Ramadhan Dengan Kebersamaan"
Jumat, 12 Juli 2013
19 Keistimewaan Wanita
1. Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda, "Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
2. Wanita yang salehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang saleh.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takut akan Allah. Dan orang yang takut akan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah saw di dalam surga).
5. Barangsiapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki.
6. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak
perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan
mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah surga.
8. Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
9. Daripada Aisyah r.a. berkata, "Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka."
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana saja pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya serta menjaga salat dan puasanya.
12. Aisyah r.a berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya
terhadap wanita?" Jawab Rasulullah SAW "Suaminya." "Siapa pula berhak terhadap lelaki?"
Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dikehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga terlebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.
2. Wanita yang salehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang saleh.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takut akan Allah. Dan orang yang takut akan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah saw di dalam surga).
5. Barangsiapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki.
6. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak
perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan
mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah surga.
8. Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
9. Daripada Aisyah r.a. berkata, "Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka."
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana saja pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya serta menjaga salat dan puasanya.
12. Aisyah r.a berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya
terhadap wanita?" Jawab Rasulullah SAW "Suaminya." "Siapa pula berhak terhadap lelaki?"
Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dikehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga terlebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.
Menentukan Awal Ramadhan Dengan Ilmu Hisab
Mendekati bulan Ramadhan tentu kita ingat bagaimana perasaan kita yang demikian gembira karena memasuki bulan yang penuh limpahan pahala yang Allah k siapkan untuk orang-orang bertakwa. Namun di antara rasa gembira itu, terselip kegelisahan ketika melihat kaum muslimin berbeda-beda dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Hilang kebersamaan mereka dalam menyambut bulan mulia itu. Sungguh hati ini sangat sedih. Semoga Allah k segera mengembalikan persatuan kaum muslimin kepada ajaran yang benar dan kebersamaan yang indah.
Hilangnya kebersamaan itu disebabkan oleh banyak faktor yang mestinya kaum muslimin segera menghilangkannya. Satu hal yang tak luput dari pengetahuan kita adalah pemberlakuan hisab atau ilmu falak dalam menentukan awal bulan hijriyyah di negeri ini baik oleh individu ataupun organisasi. Perbuatan tersebut merupakan sesuatu yang sangat lazim, bahkan seolah menjadi ganjil jika kita tidak memakainya dan hanya mencukupkan dengan cara yang sederhana yaitu ru’yah (melihat hilal).
Demikianlah tashawwur (anggapan) yang terbentuk dalam benak sekian banyak kaum muslimin. Hal inilah yang kemudian menyebabkan adanya perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan, termasuk sesama mereka yang memakai hisab, terlebih dengan ilmu yang lain. Perlu diingat bahwa agama ini telah sempurna dalam segala ajarannya sebagaimana Allah k nyatakan:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْناً
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha buat kalian Islam sebagai agama kalian.” (Al-Maidah: 3)
Agama ini tidak membutuhkan penambahan atau pengurangan, lebih-lebih pada perkara ritual (ibadah) yang selalu berulang di masa Nabi n seperti shalat, puasa, dan haji. Ajaran Islam dalam hal itu telah jelas, termasuk pula dalam menentukan awal bulan hijriyyah. Allah k telah menetapkan bahwa hilal (bulan sabit) adalah alat untuk menentukan awal bulan Islam. Allah k berfirman:
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya tentang hilal-hilal, katakanlah itu adalah waktu-waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (Al-Baqarah: 189)
Demikian pula Nabi n bersabda:
Demikian pula Nabi n bersabda:
إِذَا رَأَيْمُوْهُ فَصُوْمُوهُ وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
“Jika kalian melihatnya maka puasalah kalian dan jika kalian melihatnya maka berbukalah kalian, tapi jika kalian tertutupi awan maka tentukanlah (menjadi 30).” (Shahih, HR. Al-Bukhari no.1900 dan Muslim no. 2501)
Inilah tuntunan Islam. Tuntunan yang demikian mudah, pasti, dan membawa banyak maslahat. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad n. Nabi mengatakan demikian ketika ilmu hisab dan falak telah ada dan dipakai oleh masyarakat Romawi, Persia bahkan Arab.
Namun Nabi n tidak mengikuti mereka. Bahkan beliau menerima sepenuhnya ketentuan Allah n bahwa untuk menentukan awal bulan adalah dengan ru’yatul hilal (melihat hilal). Yang sangat disayangkan, hampir-hampir ajaran Nabi ini tersisihkan dan diganti kedudukannya dengan ilmu hisab dan ilmu falak. Lebih ironis lagi, ini dilakukan oleh pihak-pihak yang dipandang sebagai ulama. Oleh karenanya kita akan melihat sejauh mana pandangan ulama Ahlus Sunnah terhadap pemberlakuan ilmu hisab.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah t dalam Majmu’ Fatawa-nya menjelaskan masalah ini: “Saya melihat manusia di bulan puasa dan bulan lainnya, mereka ada yang mendengarkan orang tak berilmu dari kalangan ahli hisab bahwa hilal dilihat atau tidak dilihat. Sampai-sampai, di antara hakim ada yang menolak persaksian beberapa orang yang adil karena mengikuti ahli hisab yang bodoh dan berdusta bahwa hilal dilihat atau tidak dilihat.
Di antara mereka ada juga yang tidak menerima ucapan ahli hisab bintang baik lahir maupun batin. Akan tetapi dalam hatinya punya syubhat yang banyak karena mempercayainya. Sesungguhnya kami mengetahui dengan pengetahuan yang sangat dimaklumi dari ajaran Islam bahwa dalam ru’yah (melihat) hilal untuk puasa, haji, ‘iddah (masa menunggunya wanita yang dicerai atau ditinggal mati suaminya) atau yang lainnya dari hukum-hukum yang berkaitan dengan hilal, tidak boleh menggunakan berita dari ahli hisab tentang terlihat atau tidaknya hilal.
Banyak nash-nash dari Nabi n dalam masalah ini, dan kaum muslimin telah berijma’ (bersepakat) atas yang demikian. Tidak diketahui ada khilaf (perselisihan pendapat) di masa lalu dalam masalah ini dan tidak pula di masa sekarang. Kecuali sebagian ahli fiqih belakangan setelah tiga kurun pertama yang menyangka bahwa jika hilal terhalangi awan boleh bagi seorang ahli hisab untuk mengamalkan hisab pada dirinya sendiri sehingga jika hisabnya menunjukkan mungkinnya ru’yah hilal maka ia puasa, jika tidak maka tidak berpuasa.
Pendapat ini walaupun terkait dengan “jika tertutup awan” dan khusus bagi ahli hisabnya saja, tapi tetap merupakan pendapat yang syadz (ganjil), karena telah didahului oleh ijma’ yang menyelisihinya. Maka, tidak ada seorang muslimpun yang berpendapat bolehnya mengikuti hisab di saat cerah atau menggantungkan hukum yang bersifat umum secara keseluruhan padanya. Allah k berfirman:
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya tentang hilal-hilal, katakanlah bahwa itu adalah waktu-waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (Al-Baqarah: 189)
Allah k mengabarkan bahwa hilal merupakan waktu untuk manusia dalam segala hal yang berkaitan dengan mereka. Dikhususkan penyebutan ibadah haji karena untuk membedakannya dengan ibadah yang lain. Selain itu, haji disaksikan oleh malaikat dan selainnya. Juga karena haji dilakukan di penghujung bulan dalam satu tahun.
Allah k menjadikan hilal sebagai waktu bagi manusia terkait dengan hukum-hukum yang ditetapkan syariat. Juga hukum-hukum yang ditetapkan dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh manusia. Sehingga apa saja yang waktunya tetap baik dengan syariat atau syarat maka hilal-lah patokan waktunya. Masuk di dalamnya puasa, haji, waktu ila’, ‘iddah, puasa kaffarah, puasa nadzar dan lain-lain.
Apa yang datang dari syariat merupakan perkara yang paling sempurna, paling baik, paling jelas, paling benar, dan paling jauh dari kegoncangan. Hilal adalah sesuatu yang disaksikan dan dilihat dengan mata. Dan di antara maklumat yang paling absah (meyakinkan) adalah sesuatu yang dilihat dengan mata. Oleh karenanya mereka sebut hilal karena kata itu (dari sisi bahasa) menunjukkan makna terang dan jelas. Dikatakan bahwa asal makna hilal adalah mengangkat suara. Dulu tatkala mereka melihat hilal mereka mengangkat suaranya, sehingga disebut hilal.
Artinya, waktu-waktu tersebut ditentukan dengan perkara yang jelas, terang, manusia sama-sama (bisa melihat)-nya. Tidak ada yang seperti hilal dalam masalah ini. Hilal ditetapkan dengan sesuatu yang thobi’i (alami), nampak, bersifat umum, dan dapat dilihat dengan mata sehingga tidak seorangpun sesat dari agamanya. Dengan memperhatikannya, tidak akan tersibukkan oleh masalah-masalah lain, dan tidak akan menjerumuskan pada perkara yang tidak bermanfaat. Juga tidak akan menjadi celah talbis (pengkaburan) dalam agama Allah k sebagaimana dilakukan ulama agama lain terhadap agama mereka. Dasar dilarangnya hisab dari naqli (syariat) dan ‘aqli (akal) sebagai berikut:
Pertama, dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar c dari Nabi n bahwasanya beliau bersabda:
Pertama, dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar c dari Nabi n bahwasanya beliau bersabda:
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لاَ نَكْتُبُ وَلا َنَحْسِبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا وَعَقَدَ الإبْهَامَ فِي الثَّالِثَةِ وَالشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي تَمَامَ الثَّلاَثِيْنَ
“Sesungguhya kami adalah umat yang ummi tidak menulis dan tidak menghitung bulan itu seperti ini, seperti ini dan seperti ini (beliau menggenggam ibu jari pada ketiga kalinya) dan bulan ini seperti ini, seperti ini dan seperti ini (yakni sempurna 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu ‘Umar)
Hadits ini merupakan berita sekaligus mengandung larangan ilmu hisab. Tidak adanya kemampuan beliau n dalam menulis karena beliau terhalang dari jalannya (mempelajarinya), padahal beliau mendapatkan manfaat yang sempurna dari tujuan kemampuan menulis itu. Ini merupakan keutamaan dan mukjizat besar karena Allahk mengajarkan ilmu kepada Rasulullah n tanpa perantara sebuah kitab. Hal ini merupakan mukjizat bagi beliau n.
Di sisi lain, seluruh para pembesar shahabat seperti empat khalifah dan yang lainnya, mayoritas mampu menulis karena butuhnya mereka terhadap hal itu. Namun mereka tidak diberi wahyu sebagaimana yang diberikan kepada Nabi n. Sehingga jadilah ke-ummi-an yang khusus bagi beliau sebagai sifat kesempurnaannya. Yaitu dari sisi ketidakbutuhannya kepada tulis menulis dan berhitung, karena ada yang lebih sempurna dan utama darinya.
Tapi, ke-ummi-an ini merupakan sifat negatif pada diri selain Rasulullah n bila dilihat dari sisi kehilangan keutamaan yang tidak bisa didapatkan kecuali dengan menulis. Maka, penulisan hari-hari pada bulan dan meng-hisab-nya termasuk dalam perkara ini (yakni, umat ini telah memiliki cara yang lebih baik daripada hisab yaitu ru’yah sehingga bila kita tidak memakai ilmu hisab, hal itu merupakan kesempurnaan karena kita memiliki yang lebih baik darinya. Sebaliknya, jika memakai hisab dan meninggalkan ru’yah justru merupakan kekurangan karena kita meninggalkan yang lebih baik dan memakai yang lebih jelek, red).
Nabi n menerangkan: “Kami adalah umat yang ummi, tidak menulis tulisan ini dan tidak menghisab dengan hisab ini.” Ucapan beliau tersebut menafikan (mengingkari) hisab dan penulisan yang berkaitan dengan hari-hari pada suatu bulan yang dijadikan dasar waktu hilal bersembunyi dan kapan hilal muncul.
Penafian dalam hadits ini meski dengan teks yang mutlak bersifat menafikan hal yang lebih umum, namun jika dilihat dalam konteks kalimat itu ada yang menerangkan maksudnya, maka akan diketahui apakah maksud penafian itu umum ataukah khusus. Sehingga tatkala kata “Kami tidak menulis dan tidak menghitung” disejajarkan dengan sabda beliau “bulan itu 30 hari” dan “bulan itu 29 hari,” berarti beliau menerangkan bahwa dalam perkara hilal kita tidak membutuhkan hisab atau penulisan1 di mana bulan itu kadang seperti ini dan kadang seperti itu. Pembeda antara keduanya hanya ru’yah, tidak ada pembeda lain berupa (hasil) penulisan atau hisab.
Penafian dalam hadits ini meski dengan teks yang mutlak bersifat menafikan hal yang lebih umum, namun jika dilihat dalam konteks kalimat itu ada yang menerangkan maksudnya, maka akan diketahui apakah maksud penafian itu umum ataukah khusus. Sehingga tatkala kata “Kami tidak menulis dan tidak menghitung” disejajarkan dengan sabda beliau “bulan itu 30 hari” dan “bulan itu 29 hari,” berarti beliau menerangkan bahwa dalam perkara hilal kita tidak membutuhkan hisab atau penulisan1 di mana bulan itu kadang seperti ini dan kadang seperti itu. Pembeda antara keduanya hanya ru’yah, tidak ada pembeda lain berupa (hasil) penulisan atau hisab.
Para ahli hisab pun tidak mampu untuk memposisikan ru’yah dengan tepat secara terus menerus -hanya mendekati saja-, sehingga terkadang benar dan terkadang salah. Jadi jelas bahwa ke-ummi-an dalam hal ini merupakan sifat pujian dan kesempurnaan. Hal itu jelas dari beberapa sisi:
- Dibandingkan hisab, ru’yah hilal lebih mencukupi, lebih terang dan jelas.
- Menggunakan hisab memungkinkan timbulnya kesalahan.
- Hisab dan penulisan justru mengandung banyak kerumitan yang tiada manfaatnya karena menjauhkan dari manfaat yang diperoleh. Di mana pada hakekatnya, hisab itu bukan dimaksudkan untuk hisab itu sendiri melainkan untuk hal yang lain.
- Dibandingkan hisab, ru’yah hilal lebih mencukupi, lebih terang dan jelas.
- Menggunakan hisab memungkinkan timbulnya kesalahan.
- Hisab dan penulisan justru mengandung banyak kerumitan yang tiada manfaatnya karena menjauhkan dari manfaat yang diperoleh. Di mana pada hakekatnya, hisab itu bukan dimaksudkan untuk hisab itu sendiri melainkan untuk hal yang lain.
Jika hisab dan penulisan ditiadakan karena kita tidak membutuhkan hal itu, karena ada yang lebih baik, dan karena kelemahan yang ada pada penulisan dan hisab, maka hisab dan penulisan merupakan kekurangan dan aib, bahkan kejelekan dan dosa. Barangsiapa yang masuk ke dalam hisab berarti ia telah keluar dari umat yang ummi dari sisi kesempurnaan dan keutamaannya, yaitu selamat dari kerusakan dan ia masuk dalam sisi negatif yang menghantarkan kepada kerusakan dan kegoncangan. Sehingga kesempurnaan dan keutamaan yang didapat dengan ru’yah hilal tanpa hisab itu akan hilang karena menyibukkan diri dengan hisab, meski terkadang benar.
Kedua, Nabi n bersabda:
Kedua, Nabi n bersabda:
لاَ تَصُوْمُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ
“Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihatnya dan jangan kalian berbuka sampai kalian melihatnya.” (seperti terdapat dalam hadits Ibnu ‘Umar c) (Shahih, HR. Muslim no. 2505)
Nabi n melarang untuk berpuasa sebelum melihat hilal dan melarang berbuka sebelum melihatnya, dan ru’yah di sini artinya penglihatan dengan indera mata. Maksudnya bukan tidak seorangpun boleh berpuasa sehingga melihatnya sendiri, namun janganlah seseorang berpuasa sehingga ia melihatnya atau orang lain melihatnya.
Berbeda dengan orang yang menerapkan ilmu hisab dan yang lainnya, yang Nabi ntegaskan ketiadaannya dari umat ini dan larangannya. Oleh karena ini para ulama menganggap mereka itu telah memasukkan sesuatu yang bukan dari Islam ke dalam Islam sehingga para ulama menghadapi mereka dengan pengingkaran yang dipakai dalam menghadapi ahli bid’ah.
Dilarangnya Hisab dari Sisi Akal
Peneliti dari ahli hisab semuanya bersepakat tentang mustahilnya menentukan ru’yah secara tepat dengan ilmu hisab untuk kemudian dihukumi bahwa hilal pasti dilihat atau tidak dapat dilihat sama sekali dengan ketentuan yang sifatnya menyeluruh, meski mungkin bisa terjadi secara kebetulan. Oleh karenanya orang-orang yang mementingkan bidang ini dari orang-orang Romawi, India, Persia dan Arab juga yang lainnya seperti Batlimus -yang dia adalah pemuka mereka-, juga yang datang setelahnya baik sebelum Islam atau setelahnya, tidak berbicara dalam masalah ini dengan satu hurufpun. (Akan tetapi yang berbicara dalam masalah ini adalah mereka yang datang belakangan seperti Wisyyar Ad-Dailami dan semacamnya ketika melihat bahwa syariat mengaitkan hukumnya dengan hilal, mereka melihat hisab sebagai jalan yang bisa tepat dalam hal menentukan waktu ru’yah. Padahal hisab bukan jalan yang lurus dan seimbang, bahkan memiliki banyak kesalahan dan hal itu telah terbukti. Mereka banyak berselisih apakah hilal bisa dilihat ataukah tidak. Hal itu disebabkan mereka menggunakan hisab untuk mengukur sesuatu yang tidak bisa diketahui dengan hisab sehingga mereka melenceng dari jalan yang benar).” (Majmu’ Fatawa, 25/207)
Sisi yang jelas dari tidak mungkinnya keakuratan hisab dalam menentukan ru’yah, bahwa sesuatu yang paling mungkin bisa ditentukan oleh ahli hisab –jika hisabnya benar- hanyalah waktu istisrar (tersembunyinya hilal) ketika bulatan matahari dan bulan berkumpul pada jam sekian misalnya, dan ketika matahari tenggelam bulan telah berpisah dari matahari dengan jarak sekitar 10 derajat misalnya, atau kurang atau lebih.
Derajat yang dimaksud adalah satu bagian dari 360 bagian dalam falak dan mereka membaginya menjadi 12 bagian yang mereka namai Ad-Dakhil. Setiap gugusan ada 12 derajat. Inilah maksimalnya pengetahuan mereka, yaitu menentukan jarak antara matahari dan bulan pada waktu dan tempat tertentu. Inilah yang mungkin bisa dihitung tepat dengan hisab. Adapun bisa dilihat atau tidaknya hilal, maka ini adalah persoalan inderawi dan alami, bukan perkara yang dihisab dengan matematika.
Dalam hal ini, tidak berlaku satu aturan yang tidak bertambah dan tidak berkurang dalam peniadaan atau penetapannya. Bahkan jika jarak (antara bulan dan matahari) misalnya 20 derajat, maka hilal bisa dilihat selama tidak ada penghalang dan jika hanya satu derajat maka tidak dapat dilihat. Adapun jika sekitar 10 derajat maka akan berbeda tergantung perbedaan sebab-sebab ru’yah sebagai berikut:
- Berbeda karena ketajaman penglihatan.
- Berbeda karena jumlah orang yang mengamati hilal. Jika banyak akan lebih mungkin terlihat oleh sebagian mereka, karena tajamnya penglihatan atau pengalaman salah seorang dari mereka dalam mengfokuskan pandangan ke tempat terbitnya hilal.
- Berbeda karena perbedaan tempat dan ketinggian, antara tempat yang tinggi dan tempat yang rendah, dan ada penghalang atau tidak.
- Berbeda karena perbedaan waktu melihatnya.
- Berbeda karena tingkat kebersihan udara.
Jika ru’yah merupakan sebuah hukum yang terkumpul dari sebab-sebab ini, yang tidak sedikitpun masuk dalam perhitungan ahli hisab, maka bagaimana mungkin seorang ahli hisab memberi kabar dengan kabar yang menyeluruh bahwa hilal tidak mungkin dilihat oleh seorangpun karena dia pandang jaraknya cuma tujuh atau delapan atau sembilan derajat. Atau bagaimana mungkin dia kabarkan dengan berita yang pasti bahwa hilal dilihat jika sembilan derajat atau sepuluh misalnya. (Majmu’ Fatawa, 25/126-189 dengan ringkas)
Beliau (Ibnu Taimiyyah) simpulkan: “Dan orang yang berpijak pada hisab dalam (menentukan) hilal, sebagaimana ia sesat dalam syariat, iapun telah berbuat bid’ah dalam agama, dia telah salah dalam hal akal dan ilmu hisab.” (Majmu’ Fatawa, 25/207)
Inilah penjelasan Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah t yang cukup terang, menjelaskan kepada kita sejauh mana ketepatan dan hukum ilmu hisab atau falak sebagai penentu awal bulan Islam.
Ini pula yang difatwakan oleh panitia tetap untuk pembahasan ilmiah dan fatwa Saudi Arabia, ketika sampai kepada mereka sebuah pertanyaan:
Apakah boleh seorang muslim menentukan awal dan akhir puasa dengan hisab ilmu falak atau harus dengan ru’yah hilal?
Jawab:
Allah k tidak membebani kita dalam mengetahui awal bulan Qamariyyah dengan sesuatu yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali kelompok yang sedikit dari manusia yaitu ilmu perbintangan atau hisab falak. Dengan ketentuan ini, terdapat nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah untuk menjadikan ru’yah hilal dan menyaksikannya sebagai tanda awal puasanya muslimin di bulan Ramadhan dan berbuka dengan melihat hilal Syawwal. Demikian pula keadaannya dalam menetapkan ‘Iedul Adha dan Arafah. Allah k berfirman:
Peneliti dari ahli hisab semuanya bersepakat tentang mustahilnya menentukan ru’yah secara tepat dengan ilmu hisab untuk kemudian dihukumi bahwa hilal pasti dilihat atau tidak dapat dilihat sama sekali dengan ketentuan yang sifatnya menyeluruh, meski mungkin bisa terjadi secara kebetulan. Oleh karenanya orang-orang yang mementingkan bidang ini dari orang-orang Romawi, India, Persia dan Arab juga yang lainnya seperti Batlimus -yang dia adalah pemuka mereka-, juga yang datang setelahnya baik sebelum Islam atau setelahnya, tidak berbicara dalam masalah ini dengan satu hurufpun. (Akan tetapi yang berbicara dalam masalah ini adalah mereka yang datang belakangan seperti Wisyyar Ad-Dailami dan semacamnya ketika melihat bahwa syariat mengaitkan hukumnya dengan hilal, mereka melihat hisab sebagai jalan yang bisa tepat dalam hal menentukan waktu ru’yah. Padahal hisab bukan jalan yang lurus dan seimbang, bahkan memiliki banyak kesalahan dan hal itu telah terbukti. Mereka banyak berselisih apakah hilal bisa dilihat ataukah tidak. Hal itu disebabkan mereka menggunakan hisab untuk mengukur sesuatu yang tidak bisa diketahui dengan hisab sehingga mereka melenceng dari jalan yang benar).” (Majmu’ Fatawa, 25/207)
Sisi yang jelas dari tidak mungkinnya keakuratan hisab dalam menentukan ru’yah, bahwa sesuatu yang paling mungkin bisa ditentukan oleh ahli hisab –jika hisabnya benar- hanyalah waktu istisrar (tersembunyinya hilal) ketika bulatan matahari dan bulan berkumpul pada jam sekian misalnya, dan ketika matahari tenggelam bulan telah berpisah dari matahari dengan jarak sekitar 10 derajat misalnya, atau kurang atau lebih.
Derajat yang dimaksud adalah satu bagian dari 360 bagian dalam falak dan mereka membaginya menjadi 12 bagian yang mereka namai Ad-Dakhil. Setiap gugusan ada 12 derajat. Inilah maksimalnya pengetahuan mereka, yaitu menentukan jarak antara matahari dan bulan pada waktu dan tempat tertentu. Inilah yang mungkin bisa dihitung tepat dengan hisab. Adapun bisa dilihat atau tidaknya hilal, maka ini adalah persoalan inderawi dan alami, bukan perkara yang dihisab dengan matematika.
Dalam hal ini, tidak berlaku satu aturan yang tidak bertambah dan tidak berkurang dalam peniadaan atau penetapannya. Bahkan jika jarak (antara bulan dan matahari) misalnya 20 derajat, maka hilal bisa dilihat selama tidak ada penghalang dan jika hanya satu derajat maka tidak dapat dilihat. Adapun jika sekitar 10 derajat maka akan berbeda tergantung perbedaan sebab-sebab ru’yah sebagai berikut:
- Berbeda karena ketajaman penglihatan.
- Berbeda karena jumlah orang yang mengamati hilal. Jika banyak akan lebih mungkin terlihat oleh sebagian mereka, karena tajamnya penglihatan atau pengalaman salah seorang dari mereka dalam mengfokuskan pandangan ke tempat terbitnya hilal.
- Berbeda karena perbedaan tempat dan ketinggian, antara tempat yang tinggi dan tempat yang rendah, dan ada penghalang atau tidak.
- Berbeda karena perbedaan waktu melihatnya.
- Berbeda karena tingkat kebersihan udara.
Jika ru’yah merupakan sebuah hukum yang terkumpul dari sebab-sebab ini, yang tidak sedikitpun masuk dalam perhitungan ahli hisab, maka bagaimana mungkin seorang ahli hisab memberi kabar dengan kabar yang menyeluruh bahwa hilal tidak mungkin dilihat oleh seorangpun karena dia pandang jaraknya cuma tujuh atau delapan atau sembilan derajat. Atau bagaimana mungkin dia kabarkan dengan berita yang pasti bahwa hilal dilihat jika sembilan derajat atau sepuluh misalnya. (Majmu’ Fatawa, 25/126-189 dengan ringkas)
Beliau (Ibnu Taimiyyah) simpulkan: “Dan orang yang berpijak pada hisab dalam (menentukan) hilal, sebagaimana ia sesat dalam syariat, iapun telah berbuat bid’ah dalam agama, dia telah salah dalam hal akal dan ilmu hisab.” (Majmu’ Fatawa, 25/207)
Inilah penjelasan Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah t yang cukup terang, menjelaskan kepada kita sejauh mana ketepatan dan hukum ilmu hisab atau falak sebagai penentu awal bulan Islam.
Ini pula yang difatwakan oleh panitia tetap untuk pembahasan ilmiah dan fatwa Saudi Arabia, ketika sampai kepada mereka sebuah pertanyaan:
Apakah boleh seorang muslim menentukan awal dan akhir puasa dengan hisab ilmu falak atau harus dengan ru’yah hilal?
Jawab:
Allah k tidak membebani kita dalam mengetahui awal bulan Qamariyyah dengan sesuatu yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali kelompok yang sedikit dari manusia yaitu ilmu perbintangan atau hisab falak. Dengan ketentuan ini, terdapat nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah untuk menjadikan ru’yah hilal dan menyaksikannya sebagai tanda awal puasanya muslimin di bulan Ramadhan dan berbuka dengan melihat hilal Syawwal. Demikian pula keadaannya dalam menetapkan ‘Iedul Adha dan Arafah. Allah k berfirman:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمْ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan hendaknya berpuasa.” (Al-Baqarah: 185)
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya kepadamu tentang hilal-hilal, katakanlah: ‘Itu adalah waktu-waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.’” (Al-Baqarah: 189)
Nabi n bersabda:
Nabi n bersabda:
إِذَا رَأَيْمُوْهُ فَصُوْمُوهُ وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ
“Jika kalian melihatnya, maka puasalah kalian, dan jika kalian melihatnya maka berbukalah kalian. Tapi jika kalian tertutupi awan, maka sempurnakanlah menjadi tigapuluh.”(Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Umar c)
Nabi n menjadikan tetapnya puasa dengan melihat hilal bulan Ramadhan dan berbuka dengan melihat hilal Syawwal. Dan Nabi ntidak mengaitkannya itu dengan hisab bintang-bintang dan perjalanannya. Yang demikian diamalkan sejak jaman Nabi n, para Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin, empat imam dan tiga kurun waktu yang Nabi npersaksikan keutamaan dan kebaikannya.
Merujuk kepada ilmu bintang dan meninggalkan ru’yah dalam menetapkan bulan-bulan Qamariyyah untuk menentukan awal ibadah, merupakan bid’ah yang tiada kebaikan padanya dan tidak ada landasannya dalam syariat. (Fatawa Ramadhan, 1/61, ditandatangani oleh Asy-Syaikh ‘Abdurrazzaq ‘Afifi, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mani’, dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayyan)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t berkata: “Adapun hisab, maka tidak boleh beramal dengannya dan berpijak padanya.” (Fatawa Ramadhan, 1/62)
Asy-Syaikh Ibnu Baz t ditanya: Sebagian kaum muslimin di sebagian negeri sengaja berpuasa tanpa bersandar pada ru’yah hilal dan merasa cukup dengan kalender. Apa hukumnya?
Jawab: Sesungguhnya Nabi n telah memerintahkan kaum muslimin untuk “Berpuasa karena melihat hilal dan berbuka karena melihat hilal, maka jika mereka tertutup oleh awan hendaknya menyempurnakan jumlah menjadi 30.” (Muttafaqun ‘alaihi) dan Nabi n bersabda:
Nabi n menjadikan tetapnya puasa dengan melihat hilal bulan Ramadhan dan berbuka dengan melihat hilal Syawwal. Dan Nabi ntidak mengaitkannya itu dengan hisab bintang-bintang dan perjalanannya. Yang demikian diamalkan sejak jaman Nabi n, para Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin, empat imam dan tiga kurun waktu yang Nabi npersaksikan keutamaan dan kebaikannya.
Merujuk kepada ilmu bintang dan meninggalkan ru’yah dalam menetapkan bulan-bulan Qamariyyah untuk menentukan awal ibadah, merupakan bid’ah yang tiada kebaikan padanya dan tidak ada landasannya dalam syariat. (Fatawa Ramadhan, 1/61, ditandatangani oleh Asy-Syaikh ‘Abdurrazzaq ‘Afifi, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mani’, dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayyan)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t berkata: “Adapun hisab, maka tidak boleh beramal dengannya dan berpijak padanya.” (Fatawa Ramadhan, 1/62)
Asy-Syaikh Ibnu Baz t ditanya: Sebagian kaum muslimin di sebagian negeri sengaja berpuasa tanpa bersandar pada ru’yah hilal dan merasa cukup dengan kalender. Apa hukumnya?
Jawab: Sesungguhnya Nabi n telah memerintahkan kaum muslimin untuk “Berpuasa karena melihat hilal dan berbuka karena melihat hilal, maka jika mereka tertutup oleh awan hendaknya menyempurnakan jumlah menjadi 30.” (Muttafaqun ‘alaihi) dan Nabi n bersabda:
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لاَ نَكْتُبُ وَلا َنَحْسِبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا وَعَقَدَ الإبْهَامَ فِي الثَّالِثَةِ وقال وَالشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا وَأَشَارَ لأَصَابِعِهِ كُلِّهَا
“Kami adalah umat yang ummi tidak menulis dan tidak menghitung bulan itu adalah demikian demikian dan demikian dan beliau menggenggam ibu jarinya pada ketiga kalinya dan mengatakan bulan itu adalah begini, begini dan begini dan mengisyaratkan dengan jari-jarinya seluruhnya.”
Beliau n maksudkan bahwa bulan itu mungkin 29 hari dan bisa 30 hari, dan terdapat sebuah hadits dalam Shahih Al-Bukhari dari Abu Hurairah z bahwa Nabi n bersabda:
صُوْمُوا لِرُأْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُأْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَِّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ يَوْمًا
“Puasalah kalian karena melihatnya dan berbukalah karena melihatnya, maka jika kalian tertutupi awan hendaknya menyempurnakan Sya’ban menjadi 30.”
Dan Nabi n juga bersabda:
Dan Nabi n juga bersabda:
لاَ تَصُوْمُوا حَتَّى تَرَوا الْهِلاَلَ وَتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوا الْهِلاَلَ وَتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
“Jangan kalian berpuasa sehingga melihat hilal atau sempurnakan jumlah dan jangan kalian berbuka sehingga melihat hilal atau menyempurnakan jumlah.” (Shahih, HR. Muslim no. 2495)
Dan hadits-hadits tentang ini banyak jumlahnya, yang kesemuanya menunjukkan wajibnya beramal dengan ru’yah atau menyempurnakan jumlah ketika tidak ada ru’yah, sebagaimana juga menunjukkan tidak bolehnya bersandar kepada hisab dalam masalah itu. Ibnu Taimiyyah t telah menyebutkan ijma’ para ulama bahwa dalam menentukan hilal tidak boleh bersandar kepada hisab. Dan itulah yang benar, tiada keraguan padanya. Allahlah yang memberi taufiq. (Fatawa Shiyam, hal. 5-6)
Dan hadits-hadits tentang ini banyak jumlahnya, yang kesemuanya menunjukkan wajibnya beramal dengan ru’yah atau menyempurnakan jumlah ketika tidak ada ru’yah, sebagaimana juga menunjukkan tidak bolehnya bersandar kepada hisab dalam masalah itu. Ibnu Taimiyyah t telah menyebutkan ijma’ para ulama bahwa dalam menentukan hilal tidak boleh bersandar kepada hisab. Dan itulah yang benar, tiada keraguan padanya. Allahlah yang memberi taufiq. (Fatawa Shiyam, hal. 5-6)
Syubhat
Sebagian orang memahami sabda Nabi n:
Sebagian orang memahami sabda Nabi n:
الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرًوْنَ لَيْلَةً لاَ تَصُوْمُوهُ حَتَّى تَرَوْهُ وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ إِلاَّ أَنْ يُغَمَّ عَلَيْكُم فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
“Bulan adalah 29 (hari) maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal, dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihatnya kecuali jika kalian tertutupi awan, maka jika tertutupi awan maka tentukanlah.” (Shahih, HR. Muslim no. 2501)
Mereka mengatakan kalimat ‘tentukanlah’ maksudnya adalah menentukan dengan hisab tempat-tempat bulan.
Pendalilan mereka dengan hadits Ibnu ‘Umar ini sangat rusak karena Ibnu ‘Umar sendiri yang meriwayatkan hadits: “Kita adalah umat yang ummi tidak menulis dan tidak menghitung” (dengan makna seperti yang telah dijelaskan -red). Bagaimana mungkin kemudian hadits beliau dipahami mewajibkan mengamalkan ilmu hisab? (Majmu’ Fatawa, 25/182)
Makna yang benar adalah tentukanlah jumlah bulan maka sempurnakanlah jumlah Sya’ban menjadi 30. (Al-Mishbahul Munir, hal. 492)
Akan lebih jelas lagi dengan riwayat lain yang menjelaskan maksud kata
فَاقْدِرُوا لَهُ
(maka tentukanlah) yang terdapat dalam riwayat Muslim dari ‘Ubaidillah bin ‘Umar dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar g dari Nabi n dengan lafadz:
Mereka mengatakan kalimat ‘tentukanlah’ maksudnya adalah menentukan dengan hisab tempat-tempat bulan.
Pendalilan mereka dengan hadits Ibnu ‘Umar ini sangat rusak karena Ibnu ‘Umar sendiri yang meriwayatkan hadits: “Kita adalah umat yang ummi tidak menulis dan tidak menghitung” (dengan makna seperti yang telah dijelaskan -red). Bagaimana mungkin kemudian hadits beliau dipahami mewajibkan mengamalkan ilmu hisab? (Majmu’ Fatawa, 25/182)
Makna yang benar adalah tentukanlah jumlah bulan maka sempurnakanlah jumlah Sya’ban menjadi 30. (Al-Mishbahul Munir, hal. 492)
Akan lebih jelas lagi dengan riwayat lain yang menjelaskan maksud kata
فَاقْدِرُوا لَهُ
(maka tentukanlah) yang terdapat dalam riwayat Muslim dari ‘Ubaidillah bin ‘Umar dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar g dari Nabi n dengan lafadz:
فَاقْدِرُوا ثَلاَثِيْنَ
“Maka tentukanlah menjadi 30.”
Dalam riwayat Asy-Syafi’i dari Malik dari ‘Abdullah bin Dinar dari Ibnu ‘Umar dengan lafadz:
فَأَكْمِلُوا الْعِدَِّةَ ثَلاَثِيْنَ
“Sempurnakanlah jumlah menjadi 30.”
Juga dalam riwayat Al-Bukhari dari Al-Qa’nabi dari Malik dari ‘Abdullah bin Dinar dari Ibnu ‘Umar dengan lafadz yang sama. Yang lebih jelas lagi dalam riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah:
Juga dalam riwayat Al-Bukhari dari Al-Qa’nabi dari Malik dari ‘Abdullah bin Dinar dari Ibnu ‘Umar dengan lafadz yang sama. Yang lebih jelas lagi dalam riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah:
فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ
“Maka sempurnakanlah jumlah Sya’ban menjadi 30.” (lihat Nuzhatun-nadzhar bersama An-Nukat, hal. 100-102. Fathul Bari, 4/121)
Maksud dari kata (maka tentukanlah) begitu gamblang, yaitu menyempurnakan jumlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari sebagaimana penjelasan di atas. Bukan maknanya memperkirakan dengan ilmu hisab atau falak.
Wallahu a’lam.
Maksud dari kata (maka tentukanlah) begitu gamblang, yaitu menyempurnakan jumlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari sebagaimana penjelasan di atas. Bukan maknanya memperkirakan dengan ilmu hisab atau falak.
Wallahu a’lam.
1 Ibnu Hajar t berkata: “Yang dimaksud adalah menghisab bintang-bintang dan perjalanannya….. Bahkan yang nampak dari konteks tersebut menafikan pengaitan hukum dengan ilmu hisab sama sekali. Menjelaskan yang demikian sabda Nabi njika kalian tertutupi awan sempurnakanlah menjadi 30. Beliau tidak mengatakan bertanyalah kepada ahli-ahli hisab… Seandainya perkara ini dikaitkan dengan ilmu hisab maka akan menyempitkan masalah ini. Karena tidak ada yang mengetahuinya kecuali sedikit.” (Fathul Bari 4/127)
Orang Islam Sebaiknya Jangan Menyingkat Assallamu'allaikum
Menjawab salam sesama muslim dalam adab islam hukumnya adalah wajib, selain itu karena penduduk indonesia yang mayoritas adalah negara islam maka sering dijumpai berbagai pernyataan salam baik secara langsung ataupun melalui media elektronik, entah apa maksudnya semakn lama salam yang original dari agama islam serin dirubah-rubah, padahal salam itu sendiri artinya sangat baik,
sebentar lagi kita akan bahas mengapa Anda tidak boleh sembarangan menyingkat salam.
5. Samlekum = matilah kamu
6. Salom/syalom= dari bhs Ibrani untuk sesama kristen dan ada 263 kata di dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru.
7. Mikum = dari bahasa Ibrani Mari Bercinta.
sebentar lagi kita akan bahas mengapa Anda tidak boleh sembarangan menyingkat salam.
sekali lagi, "ASSALAMU'ALAIKUM" JANGAN DISINGKAT LAGI!!
INILAH ARTINYA KALAU DISINGKAT
1. As = orang bodoh ; keledai
2. Ass = pantat
3. Askum = celakalah kamu
4. Assamu = racun
INILAH ARTINYA KALAU DISINGKAT
1. As = orang bodoh ; keledai
2. Ass = pantat
3. Askum = celakalah kamu
4. Assamu = racun
5. Samlekum = matilah kamu
6. Salom/syalom= dari bhs Ibrani untuk sesama kristen dan ada 263 kata di dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru.
7. Mikum = dari bahasa Ibrani Mari Bercinta.
Yuk kita lihat isi surat Nabi Sulaiman dalam Al-Quran :
"Innahu min Sulaimana wa innahu Bismillahirohmaanir rohiim 'ala ta'lu 'alayya wa'tunil muslimina tho'inalloha robbal 'aalamiin."
Salam pendek, salam sedang dan salam panjang telah dicontohkan oleh Nabi dan tidak merubah makna aslinya :
1. Salam pendek : "Assalamualaikum". dengan 10 kebaikan.
2. Salam sedang : "Assalamualaikum warohmatulloh". dengan 20 kebaikan.
3. Salam panjang : "Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh". dengan kebaikan sempurna
Arti Dibalik Lagu "Imagine - John Lennon"
Dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang arti atau makna lagu dari John Lennon yaitu Imagine.Lagu yang pada tahun 2004 oleh majalah Roolingstone dipilih sebagai lagu ketiga terbaik sepanjang masa.Mantan presiden AS Jimmy Carter bahkan mengatakan "Di banyak negara di seluruh dunia-saya dan istri saya telah mengunjungi sekitar 125 negara-kita dapat mendengar lagu imagine hampir sama seringnya dengan lagu kebangsaan".
Saya yakin anda sangat familiar dengan lagu milik john lennon ini.Lagu yang terasa sejuk bila di dengarkan dan juga salah satu lagu yang membuat saya merinding ketika mendengarnya.Tapi taukah anda makna yang terkandung dalam lagu ini.Banyak orang yang mengartikan lagu ini adalah lagu yang anti agama yang terlihat pada lirik "and no religion too".sama artinya dengan meniadakan agama.Meskipun tidak tegas maknanya.Dia menghendaki kita menjadi atheis dan menyokong hidup kita sendiri antar umat manusia sehingga kita bisa saling mengasihi,namun tanpa adanya Tuhan.Makna lain dia telah melihat bahwa bukan ajaran agama yang buruk melainkan agama telah dijadikan kedok dan tameng untuk menjalankan peperangan.Mungkin boleh jadi dia sangat prihatin bahkan kesal dengan konflik-konflik yang mengatas namakan agama.Lirik "and no religion true" pernah diganti oleh salah satu penyanyi berkulit hitam bernama Cee Lo Green ketika di nyanyikan pada malam tahun baru di New York Square,lirik ini diganti dengan "and all religion true".Mungkin dia bermaksud untuk memperhalus makna liriknya,maksud hati memperhalus tapi banyak penggemar john lennon yang protes dan menghujat penyanyi tersebut.Lagu ini juga bisa bermakna pluralisme itu te terlihat pada lirik "Nothing to Kill or die for Living in peace".Memiliki semangat humanisme universal. Sama seperti halnua dengan semangat "LC"dan "RC",organisasi bentukan freemasonry,yang didedikasikan untuk dunia kemanusiaan,tanpa membedakan suku,agama,dan ras.Makna PLuralisme juga terdapat pada lirik "No need for greed or hunger"."A brotherhood of man"."Imagine all the people"."Sharing all the world".And the world will be as one.Membangun semangat persaudaraan untuk membentuk suatu dunia yang satu tanpa membedakan apapun. Kontoversi pun bermunculan mengenai arti lagu Imagine ini, dari yang menganut satanisme, doktrin dan sebagainya. Tetapi intinya saya memaknai lagu ini untuk menciptakan ketentraman dan kedamaiaan di dunia cuman filosofi dari John Lennon aja yang ekstrim.Semua itu terserah pada anda bagaimana anda memaknai lagu Imagine milik John Lennon ini.Tapi kembali lagi ke sifat umum sebuah lagu yaitu "Menghibur Pendengar Musik".
Imagine there's no heaven
Bayangkanlah tak ada surga
It's easy if you try
Mudah jika kau mau berusaha
No hell below us
Tak ada neraka di bawah kita
Above us only sky
Di atas kita hanya ada langit
Imagine all the people
Bayangkanlah semua orang
Living for today...
Hidup hanya hari ini...
Imagine there's no countries
Bayangkanlah tak ada negara
It isnt hard to do
Tidak sulit melakukannya
Nothing to kill or die for
Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh
No religion too
Juga tak ada agama
Imagine all the people
Bayangkan semua orang
Living life in peace...
Menjalani hidup dalam damai...
Imagine no possesions
Bayangkan tak ada harta benda
I wonder if you can
Aku ragu apakah kau mampu
No need for greed or hunger
Tak perlu rakus atau lapar
A brotherhood of man
Persaudaraan manusia
Imagine all the people
Bayangkan semua orang
Sharing all the world...
Berbagi dunia ini
You may say Im a dreamer
Mungkin kau kan berkata aku seorang pemimpi
But Im not the only one
Namun aku bukanlah satu-satunya
I hope some day you'll join us
Kuharap suatu saat kau kan bergabung dengan kami
And the world will live as one
Dan dunia akan bersatu
Selasa, 09 Juli 2013
Perang Dingin
Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di dunia dengan berkedok pada ideology anutan masing-masing.
Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negative bagi beberapa Negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
Dalam pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar.
Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.
Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok
Perang dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Perang dingin bukanlah sekedar perang biasa di mana kedua belah pihak berperang di medan terbuka. Perang dingin merupakan perang antara dua negara adikuasa yang saling berebut pengaruh dalam pergulatan politik internasional. Perebutan pengaruh dimulai dengan saling mencurigai antarnegara adikuasa itu.
Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.Penguasaan kawasan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet ini memunculkan perimbangan kekuatan dalam berbagai bidang kehidupan. Amerika Serikat memegang kekuatan dalam hal politik dan ekonomi, sedangkan Uni Soviet dan sekutunya (negara Eropa Timur dan Cina) muncul dalam kekuatan ideologi, politik, ekonomi dan militer yang cukup besar pula. Kondisi perimbangan kekuatan(balances of power) pun tak terelakkan lagi. Perang ideologi demokrasi-kapitalis dan komunisme menjadi perang dominan di masa tersebut; perang tersebut dikenal dengan istilah perang dingin. Berbagai metode digunakan, baik dalam bentuk kerja sama ataupun bantuan. Hal itulah yang dimaksudkan dengan perang dingin.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Setelah Perang Dunia II, antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet terjadi perebutan pengaruh yang melahirkan Perang Dingin (ColdWar).
B. Perkembangan Dunia Pada Masa Perang Dingin
BerakhirnyaPerangDunia II menyebabkan kekuatan dunia terbagi atas dua blok, yaitu Blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur pimpinan Uni Soviet. Blok Barat dan Blok Timur tersebut saling bersaing berebut pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Perkembangan Teknologi Persenjataan
Persaingan yang paling mencolok dalam masa Perang Dingin adalah dalam bidang militer, khususnya dalam hal persenjataan. Kedua negara adidaya itu saling berlomba menciptakan berbagai senjata yang mutakhir dan mematikan, misalnya bom. Bom adalah senjata ledak yang lazim digunakan dalam perang. Terorisme juga melibatkan penggunaan bom. Bom umumnya terdiri atas wadah logam yang diisi dengan bahan peledak atau bahan kimia. Bom melukai dan menewaskan orang serta merusakkan gedung dan bangunan lain, kapal, pesawat terbang, ataupun sasaran lain.
Salah satu senjata yang paling menakutkan dan dapat membantu mengakhiri Perang Dunia II adalah bom atom. Senjata yang disebut bom atom itu dibuat pertama kali oleh Amerika Serikat pada tanggal 16 Juli 1945 di Alamo Gardo, New Mexico. Bom atom itu kemudian dipakai untuk menghancurkan kota Hiroshima pada tanggal 8 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat pemboman itu Jepang menyerah dan berakhirlah Perang Dunia II.
Bom dalam bentuk apa pun apabila meledak akan menimbulkan kerugian pada manusia dan alam sekitarnya. Tenaga atom yang ditimbulkan akan menimbulkan radiasi yang apabila diterima dalam jumlah besar akan sangat fatal akibatnya. Debu radioaktif dan endapan dari awan yang tertiup angin dan bertebaran di daratan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman serta membinasakan hewan dan manusia. Pada jangka panjang ledakan bom atom akan mengakibatkan kematian serta kanker pada manusia, sedangkan kerusakan genetis akan terlihat pada generasi-generasi berikutnya.
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perang Dingin
Perang dingin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya perbedaan paham dan keinginan untuk berkuasa.
a. Perbedaan Paham
Paham demokrasi-kapitalis yang dianut oleh Amerika Serikat berbeda bahkan bertentangan dengan paham sosialis-komunis Uni Soviet. Paham demokrasi-kapitalis mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang dengan subur. Akan tetapi, Amerika Serikat menyadari bahwa kaum buruh tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang seperti di Eropa beberapa abad silam yang dapat menyuburkan paham sosialis-komunis. Oleh karena itu, kaum buruh diberi jaminan cukup dan diberi kesempatan bermodal dalam perusahaan, sehingga pemogokan yang mereka adakan dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Uni Soviet yang berpaham sosialis-komunis berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh
b. Keinginan Untuk Berkuasa
Amerika Serikat dan Uni Soviet mempunyai keinginan menjadi penguasa di dunia dengan cara-cara yang baru. Amerika Serikat sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara yang sedang berkembang. Bantuan itu berupa pinjaman modal untuk pembangunan, dengan harapan bahwa rakyat yang makmur hidupnya dapat menjadi tempat pemasaran hasil industrinya dan dapat menjauhkan pengaruh sosialis-komunis. Masyarakat yang menderita atau miskin, merupakan lahan subur bagi paham sosialis komunis. Di samping itu, Uni Soviet yang mulai kuat ekonominya membantu perjuangan nasional berupa senjata atau tenaga ahli. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi negara-negara tersebut.
Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet menyangkut bidang yang sangat luas, yaitu politik, ekonomi, militer, maupun ruang angkasa.
Langganan:
Postingan (Atom)